Besoekisch Proefstation adalah nama awal dari Puslitkoka yang didirikan pada 1 Januari 1911. Pada 16-19 Januari 2018 saya berkunjung ke sana, berikut catatan perjalanannya
Hari Pergi
Pukul 09.30 Waktu Indonesia Barat (WIB) pagi seperti diinfokan via WhatsApp grup, peserta yang berdomisili di Aceh Tengah harus berkumpul di Terminal Paya Ilang Takengon Aceh Tengah Provinsi Aceh. Di sana telah menunggu petani utusan dari koperasi kopi di Aceh Tengah. Masing-masing utusan terdiri dari 2 orang. Tak berapa lama, saya dan 5 orang lainnya menumpang sebuah mini bus yang telah disediakan menuju Bandara Udara Malikus Saleh Kabupaten Aceh Utara.
Sekilas tentang Terminal Paya Ilang
Terminal Paya Ilang di Aceh Tengah adalah terminal tipe A yang dibangun pada 2011 dengan biaya lebih dari Rp. 11 milyar dan dibuka pada 2013. Namun, setelah gempa bumi pada 2 Juli 2013, terminal ini tidak beroperasi selama beberapa bulan. Pada 4 Januari 2014, pemerintah daerah Aceh Tengah meresmikan kembali operasional stasiun bus untuk rute antar kota dan mini bus L-300. (Sumber tulisan no. 1-2, dan rujukan tulisan diringkas dengan AI www.editpad.org).
Sebelum beranjak ke Aceh Utara, mini bus mampir sejenak di pintu gerbang Bandara Udara Rembele Bener Meriah untuk menjemput juga beberapa orang petani dari utusan koperasi kopi dari Kabupaten Bener Meriah. Setelah menjemput peserta, dengan peserta berjumlah 9 orang di dalam mini bus, kami kembali melaju ke Bandara Malikus Saleh Aceh Utara.
Sekilas tentang Bandara Malikus Saleh
Bandara Malikus Saleh terletak di Aceh Utara, provinsi Aceh, dan dioperasikan oleh Pertamina/PT Angkasa Pura II. Nama bandara ini diambil dari Malikussaleh, sultan pertama kerajaan Samudera Pasai. Bandara dibangun oleh PT Arun NGL untuk memudahkan perjalanan dari Lhokseumawe ke Medan. Dulu, Jatayu Air melayani penerbangan karena sedikitnya penumpang di jalan darat antara Banda Aceh dan Medan, akibat konflik antara TNI dan GAM yang mengancam jalur transportasi. PT Arun menggunakan pesawat Pelita Air Service untuk penerbangan harian Lhokseumawe-Medan, yang kemudian diteruskan oleh Travira Air dengan pesawat Beechcraft 1900D. Saat PT Arun tutup, bandara ini diserahkan kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe. (Sumber tulisan No. 3 dan rujukan tulisan diringkas dengan AI www.editpad.org)
Setelah menempuh perjalanan darat dan plus makan siang di Sawang, kira-kira hampir 2,5 jam via jalan KKA, menjelang duhur kami tiba di bandara Malikus Saleh. Dan pada pukul 16.00 WIB menggunakan maskapai Garuda Indonesia Airways dengan pesawat jenis Alenia ATR 72 (dua baling-baling). Saya dan rombongan menuju Bandara Kuala Namu Sumut.
Kira-kira 3 jam menempuh perjalanan lewat udara, kami sampai di bandara Kuala Namu. Setelah turun dari pesawat, saya dan peserta lain lansung menuju bording pass. Untuk transit pesawat menuju Bandara Udara Soekarno Hatta (disingkat Soeta) di Jakarta. Menggunakan penerbangan yang sama dengan pesawat Boeing 737 800, pukul 16.00 WIB kami menuju Jakarta.
Sekilas tentang Bandara Kuala Namu
Bandar Udara Internasional Kualanamu terletak di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, 39 km dari kota Medan. Ini adalah bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta. Lokasinya dulunya adalah perkebunan PT Perkebunan Nusantara II. Bandara ini dibangun untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang sudah berumur 85 tahun. Kualanamu diharapkan menjadi pusat transit internasional untuk Sumatera dan sekitarnya. Bandara ini mulai beroperasi pada 25 Juli 2013, meskipun beberapa fasilitas belum sepenuhnya selesai. (Sumber tulisan No. 4 dan rujukan tulisan diringkas dengan AI www.editpad.org)
Butuh Hotel di tengah kota Medan lihat aja di Traveloka! klik disini
***
Berada 3 jam di dalam pesawat terbang, peserta termasuk saya tiba di Bandara Soeta dan langsung menuju sebuah hotel dengan dijemput mobil jemputan yang telah disediakan. Beristirahat hanya lima jam. Subuh pukul 04.00 WIB cek out dari hotel, kami harus segera ke bandara. Dengan hanya mengisi perut dengan sepotong roti dan teh atau kopi. Tanpa banyak waktu berleha-leha harus segera ke Bandara Soeta Jakarta untuk menuju Bandara Juanda Surabaya Jawa Timur.
Pukul 06.30 WIB, setelah menunggu selama nyaris 3 jam saya bersama peserta lainnya menaiki maskapai penerbangan yang sama dibawa terbang ke Bandara Juanda.
Di udara selama kira-kira 2 jam, kami tiba di bandara Juanda. Dan langsung berganti pesawat yang sama dengan jenis yang berbeda. Yaitu pesawat jenis Alenia ATR 72 pada pukul 09.00 WIB dari Bandara Juanda menuju Bandara Noto Hadinegoro Jember.
Pukul 09.30 WIB, tiba di Bandara Noto Hadinegoro Jember, kami dijemput dengan 2 buah kendaraan jenis mini bus dari pihak Puslitkoka. Bersamaan di sana juga telah tiba dan berkumpul peserta dari Sulawesi Utara; Makasar, Toraja dan Enrekang yang juga satu pesawat.
Kemudian kami melanjutkan ke Puslitkoka di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember. Saat menuju ke sana kami singgah untuk membeli makan siang di sebuah rumah makan bernama “Kembang”, karena menurut koordinator TPSA yang bernama pak Rahman Dako menyebut bahwa di mes penginapan belum disediakan makan siang. Setelah siap dari rumah makan tersebut, juga kami disarankan untuk mengambil uang di ATM dan membeli perlengkapan pribadi dan lain-lain di kota kecamatan.
Pukul 11.00 WIB kami tiba di puslitkoka dengan melewati perkampungan dan kebun karet milik PTPN 12 yang bernama kebun Renteng. Seterusnya kami diberi kunci kamar mes masing–masing per utusan. Kamar diisi dengan 2 orang/kamar.
Sekilas Bandara Soekarno Hatta, Juanda dan Noto Hadinegoro Jember
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta atau Soekarno Hatta International Airport (SHIA) merupakan bandara terbesar dan utama Indonesia. Secara Administratif bandara ini terletak di kota Tangerang, Banten. Bandara ini sebenarnya hanya berjarak sekitar 20 kilometer mil barat dari ibukota, DKI jakarta.
Bandara Soekarno-Hatta pertama kali beroperasi pada 1985, mengganti fungsi dari Bandara lama di Kemayoran, Jakarta Pusat yang kini sudah tidak difungsikan dan Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, di Jakarta Timur.
Sejak saat itu, Bandara Kemayoran dialihfungsikan menjadi area publik. Sedangkan, Bandara Halim Perdanakusuma masih dioperasikan untuk melayani penerbangan khusus (charter), penerbanagan VVIP, penerbangan haji, dan penerbangan militer. Sejak Januari 2014 lalu, Bandara Halim Perdanakusuma kembali difungsikan untuk tujuan penerbangan domestik komersial membantu Bandara Soekarno-Hatta.
Pada tahun 1991, Bandara Soekarno Hatta membuka terminal 2, kemudian Terminal 3 menyusul dibangun pada tahun 2009. Perkembangan dunia penerbangan komersial di Indonesia sangatlah pesat, terbukti dengan jumlah penumpang di SHIA yang mencapai 43,7 juta penumpang pada tahun 2010, melampaui kapasitas ke-3 terminal di SHIA yang hanaya mampu menampung 38 juta penumpang. Kemudian, pada 2012, Bandara Soekarno-Hatta menjadi 1 dari 9 bandara tersibuk di dunia dengan total penumpang 57,8 juta, 12,1% lebih besar dibandingkan pada tahun 2011. Puncak terbarunya adalah pada Mei 2014, SHIA menampung jumlah penumpang sebanyak 62,1 juta penumpang yang menjadikannya sebagai Bandara tersibuk di belahan bumi selatan. Walaupun menampung penumpang yang melebihi kapasitas, namun pada tahun 2012 Bandara Soekarno-hatta telah dinyatakan beroperasi dengan aman oleh Airport Council Internasional (ACI).
***
Bandar Udara Internasional Juanda atau Bandar Udara Internasional Surabaya adalah bandar udara internasional yang terletak di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan Surabaya. Bandara Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Ir. Djuanda Kartawidjaja, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) terakhir Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini. Bandara Internasional Juanda adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan penumpang. Bandara ini melayani rute penerbangan dari dan tujuan Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia.
Bandara ini memiliki panjang landasan 3000 meter dengan luas terminal sebesar 51.500 m², atau sekitar dua kali lipat dibanding terminal lama yang hanya 28.088 m². Bandara baru ini juga dilengkapi dengan fasilitas lahan parkir seluas 28.900 m² yang mampu menampung lebih dari 3.000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu menampung 13 juta hingga 16 juta penumpang per tahun dan 120.000 ton kargo/tahun.
***
Bandar Udara Notohadinegoro adalah sebuah bandar udara yang terletak di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur yang berjarak sekitar 7 (tujuh) kilometer dari pusat kota Jember. Bandara ini dioperasikan oleh Dinas Perhubungan Pemerintah Kabupaten Jember. Bandara yang kini memiliki panjang landas pacu 1.560 meter tersebut telah kembali beroperasi sejak tanggal 16 Juli 2014 lalu dengan dilayaninya penerbangan komersil pertama rute Jember dari dan/atau ke Surabaya oleh maskapai Garuda Indonesia (dengan sub brand Garuda Indonesia Explore) yang menggunakan pesawat udara jenis ATR 72-600.
Bandara ini memiliki areal seluas 120 hektare, dan merupakan bandara umum sipil pertama di Indonesia yang dibangun sendiri oleh pemerintah kabupaten setempat, yaitu Pemerintah Kabupaten Jember dengan kekuatan APBD Kabupaten. Bandara ini diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten Jember dapat mempersingkat waktu tempuh Jember dari dan/atau ke Surabaya yang hanya menjadi sekitar 30 menit melalui udara, dari sebelumnya sekitar 4 sampai 7 jam menggunakan angkutan darat. Selain itu bandara ini juga diharapkan dapat memperlancar arus investasi ke dalam wilayah kabupaten setempat serta sebagai sarana akomodasi pendukung sektor pariwisata Jember. (Sumber tulisan No. 13 -16)
Hari Pertama
Pukul 07.30 WIB, selesai mandi dan sarapan yang disediakan di mes bersama peserta lainnya saya berjalan kaki menuju ke sebuah bangunan yang beraksitektur lama ditanami beraneka ragam tanaman, salah satunya pohon yang menjulang tinggi seperti cemara. Menurut seorang panitia dari staf puslitkoka yang menujuk jalan bahwa pohon berasal dari Papua. Dan diselokan bangunan tersebut dipelihara ikan-ikan air tawar. Menurut keterangan koordinator pelatihan bernama pak Furqon bahwa Puslitkoka berdiri sejak zaman penjajahan Belanda dengan bukti adanya foto-foto pemimpin pertama Puslitkoka dari negeri Belanda.
Sekilas tentang Puslitkoka
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1 Januari 1911 dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation . Setelah mengalami beberapa kali perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI).
Puslitkoka adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981. Juga sebagai penyedia data dan informasi yang berhubngan dengan kopi dan kakao.
Sejak berdiri pada tahun 1911, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jl. PB. Sudirman No. 90 Jember. Namun mulai 1987 seluruh kegiatan/operasional dipindahkan ke kantor baru berlokasi di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember berjarak + 20 km arah Barat Daya dari Kota Jember. Pada tahun 2008 terakreditasi oleh Lembaga Sertfikasi KNAPPP dengan Nomor Sertifikat: 006/Kp/KA-KNAPPP/I/2008. (Sumber tulisan liat No. 17)
Sebelum peserta mengikuti pembukaan dan mendengar teori tentang kopi di dalam kelas pukul 09.00 sampai 11.00 WIB. Panitia membagi perlengkapan pelatihan kepada peserta, di mana peserta mengisi absensi dilanjutkan dengan pre tes di dalam ruangan.
Jam pertama dibuka dengan pembukaan oleh Bapak Said Fauzan Baabud, dari TPSA tentang mengulang kembali perihal TPSA projek (proyek telah usai dan laman internetnya tidak bisa di akses). Dan diteruskan dengan pembukaan oleh Bapak Dr. Agung Wahyu Susilo, Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Jam kedua diberi teori oleh Lya Aklimawati, SP, dengan judul tentang prospek pemasaran kopi organik. Setelah makan siang dilanjutkan dengan presentasi teori oleh Fitria Yuliasmara, SP, tentang pengenalan teknik budidaya tanaman kopi. Kemudian setelah rehat coffee break, peserta kembali menyimak pemaparan teori oleh Niken Puspita Sari, SP, dengan tema pengelolaan limbah dari kulit kopi.
Hari Kedua
Pukul 08.00 WIB, dengan berjalan kaki lagi bersama peserta pelatihan menuju tempat pelatihan pembibitan Puslitkoka kira-kira 200 meter dari mes penginapan. Diselingi dengan berfoto bersama, melewati pohon–pohon mahoni yang menjulang tinggi. Udara pagi di Puslitkoka sangat terasa bersih.
Peserta tiba di lokasi pukul 08.30 WIB ditempat pembibitan. Terdapat bibit kopi hasil pembibitan yang telah tumbuh di polibag, ada yang sedang disungkup dengan plastik. Peserta mengikuti dan mendengar juga mempraktekan budidaya kopi sesuai GAP atau Good Agriculture Practice (perbanyakan, pemupukan, pengelolaan lahan). Peserta praktik cara pembibitan kopi robusta dan arabika secara stek, stek sambung dan sambung stek yang diajarkan oleh pengajar dari puslitkoka bernama bapak Herwanto dibantu Gito Nugroho Budikusuma, S.Tr.
Setelah praktik dan coffee break di lokasi pembibitan, pukul 10.00 WIB peserta dengan menumpang kendaraan wisata yang dibuat menyerupai balai/saung disawah, menuju kebun percobaan kopi. Tak jauh menumpang kendaraan, peserta tiba di kebun percobaan kopi robusta untuk praktik pemangkasan. Peserta diajarkan cara memangkas cabang kopi dengan pemangkasan bentuk mercy.
Cara Stek, Stek Sambung dan Sambung Stek
Cara stek kopi adalah cabang kopi utama/produktif yang diambil dari ukuran 3 ruas dari pucuk, daun yang tumbuh diketiak ruas dikupir atau dipotong 1/3 bagian, cabang disayat miring, cabang yang telah disayat dicelup dalam perangsang akar (merek rootone F dan lain-lain), ditanam dalam bedengan dengan ukuran jarak tanam 3 cm x 5 cm, ditutup selama 3 bulan, dibuka tutup 1 jam tiap hari, disiram 1 minggu sekali, dan media tanam dengan perbandingan pasir 2: tanah 1: pupuk kandang 1.
Cara stek sambung adalah penyambungan antara varietas tahan cacing nematoda yaitu cacing yang hidup di tanah berukuran mikro hanya dapat dilihat dengan miskroskop. Kopi robusta jenis BP 308 sebagai batang bawah dengan batang atas dari varietas kopi arabika. Setelah itu hasil sambungan diikat dengan tali rafia dan disungkup/ditutup plastik es. Umur untuk batang bawah 4 bulan dan batang atas 3 bulan. Cara penanaman dan pemeliharaan sama dengan cara stek kopi. Panjang bedeng media tanam perakaran 7 x 10 meter.
Cara sambung stek adalah menyambung tanaman kopi dari batang bawah tahan penyakit dengan batang atas yang produktif kemudian dilakukan tata cara seperti stek dan stek sambung.
Pemangkasan Mercy
Pemangkasan bentuk mercy yaitu; pemangkasan cabang kopi berbentuk seperti lambang mobil mercy. Pertama memangkas cabang–cabang yang diarah ke arah timur dahulu kemudian setelah setahun dipangkas atau dibentuk ke arah barat.
Pemateri juga menjelaskan tentang pemangkasan naungan, pemupukan dan lain-lain secara singkat.
Dilanjukan dengan demontrasi mesin pembuat lubang tanam atau laborta. Laborta adalah mesin seperti mesin bor tanah. Laborta memiliki mata bor berulir digerakkan oleh mesin yang terletak di atas bor, dioperasikan dengan menekan bor ke arah tanah. Mesin ini dioperasikan oleh 2 orang. Tentang Laborta Puslitkoka (videonya Klik di sini)
Setelah praktik budidaya kopi dan demo laborta di kebun percobaan kopi robusta, dengan menumpang mobil wisata puslitkoka kami diantar ke pusat praktik pembuatan kompos. Peserta akan diberi pelajaran cara membuat kompos atau pupuk dari kulit kopi oleh pemateri yang bernama Niken Puspita Sari, SP dibantu oleh Ari Wahono dan Wagiyanto. Sebelumnya peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk praktik membuat kompos.
Tata cara buat pupuk kompos dari kulit tanduk kopi
Pengomposan dilakukan dengan cara aerobik (membutuhkan udara/oksigen), terdiri dari tiga lapisan bahan yaitu; kulit tanduk kopi, kotoran kambing yang sudah matang, dekomposer alami, diberi dekomposer tiap lapisan, disiram air per lapisan secukupnya, dosis dekomposer 250 gram disebar merata, ditancapkan bambu yang sudah dilubangi tiap ruas ukuran 2 meter di tengah kompos, kemudian setelah kompos tercampur ditutup dengan plastik bening, kompos dibuka tutup seminggu sekali, sambil diaduk dan dibalik seminggu sekali.
Kemudian peserta dibawa beranjak ke depan dari tempat pengomposan, untuk melihat demo alat pembuat lubang biopori dan praktik cara membuat biopori.
Dan setelah demo dan praktik, peserta masing-masing kembali ke mes untuk ishoma.
Selesai rehat, peserta kembali ke ruangan untuk mendengar dan mengikuti teori tentang pengenalan varietas kopi, hama dan penyakit tanaman kopi. Materi yang diberikan singkat saja oleh pemateri yang bernama Ucu Sumirat, SP. M.Sc dan Dwi Suci Rahayu, SP. MP.
Pukul 15.00 WIB, peserta diarahkan ke laboratorium untuk praktik mengenal hama dan penyakit, cara mengatasinya yang dipandu oleh pemateri Supandi, SP dan Rais Widiyanto.
Beberapa cara yang dipraktekkan seperti pencegahan penyakit akar jamur cokelat
Hari Ketiga
Pukul 07.00 WIB peserta bersiap – siap berangkat menuju Wonosobo untuk mengikuti tur melihat kebun kopi di sebuah desa kawasan gunung Ijen Raung. Menggunakan bus yang diberikan oleh Puslitkoka. Di mana daerah yang dituju berjarak kira-kira 3 jam lebih dari kota Jember ke kota Wonosobo. Dengan ketinggian kebun 1000 lebih di atas permukaan laut. Melewati jalan provinsi dan jalan berliku-liku, sawah dan kebun tebu yang dikelola dengan baik.
Kira-kira pukul 09.30 WIB peserta tiba di lokasi dan mendaki beberapa menit peserta tiba di kebun milik petani bernama Mat Hosen yang berkonsep kebun wanatani atau agroforestry, (tentang wanatani Klik di sini). Kopi yang ditanam di bawah daun pohon hutan. Kopi yang ditanam dengan beragam jenis, peserta mendengar pemateri dari Puslitkoka, Edi santoso yang menjelaskan tentang teori cara berkebun agroforestry oleh Mat Hosen dan kawan-kawan. Adalah kebun yang dikelola tanahnya milik Perhutani dan diberi izin untuk ditanami kopi.
Pukul 11.30 WIB, peserta kembali ke Desa Sukorejo Kecamatan Sumber Wringin Bondowoso ke tempat kelompok tani yang diketuai oleh Bapak Mat Hosen untuk ISHOMA. Ditempat ini terdapat bangunan dan alat seperti gedung promosi produk, alat pemeroses dan lain-lain. Dan dilanjutkan dengan diskusi perihal sejarah dan tata cara kelompok tani berbudidaya kopi berkelanjutan. Pukul 14.00 WIB peserta kembali ke Jember. (cerita mengenai Mat Hosen dkk Klik di sini)
Hari Keempat (terakhir)
Selesai sarapan seperti biasa, pukul 08.00 WIB. Kami peserta menuju ruang kelas yang pertama kali tiba untuk mendengar materi presentasi mutu kopi oleh pemateri bernama Ir. Yusianto.
Pukuk 10.00 WIB peserta berjalan kaki ke sebuah gedung yang melewati bengkel pembuatan mesin-mesin untuk kopi dan kakao di puslitkoka untuk melihat dan mendengar penjelasan materi tentang proses paska panen kopi oleh pemateri yang bernama Edy Suharyanto, S.TP. MP dan Kaswanto menjelaskan proses-proses di bagan tentang proses kopi. Kedua pemateri mengajak peserta menuju tempat alat-alat pemeroses kopi paska panen yaitu mesin pulper, alat pengering gabah kopi dengan sistem menggunakan bahan bakar kayu mengeluarkan uap dan sinar matahari. Gabah kopi ditaruh dalam bak-bak yang berukuran kira-kira panjang 20 meter dengan lebar 2 meter. Juga melihat alat pengering gabah kopi yang berukuran lebih kecil.
Di gedung yang sama peserta diajak melihat alat huller gabah kopi. Menurut pemateri huller ini dapat menggiling gabah menjadi labu atau beras kopi sebanyak 1 ton per jam. Dan di depan dengan huller besar terdapat huller mini dengan kapasitas 10 kilogram per jam giling gabah menjadi labu, (videonya ).
Kemudian peserta disuguhkan atraksi mesin huller mengiling gabah kopi oleh staff pengolahan kopi gabah. Dilanjutkan melihat mesin sortasi, dengan mendengar penjelasan oleh pemateri disambung dengan demontrasi mesin sortasi. Mesin sortasi terdiri dari tiga ayakan dengan ukuran lubang yang berbeda.
Sebagai tambahan praktik, pemateri mengajak peserta melihat-lihat reaktor biogas. Reaktor berbentuk sumuran ukuran besar dengan tutup mengerucut atau tepatnya seperti limas. Tidak berapa lama peserta di lokasi reaktor karena hujan, peserta kembali ke mes.
Pukul 13.30 WIB selepas salat Jumat dan makan siang, karena cuaca masih hujan dijemput dengan mini bus puslitkoka, peserta diantar kembali ke tempat yang sama tetapi di sebelah gedung pengolahan kopi. Kami pergi ke tempat yang diberi nama “Pabrik Pengolahan Kopi” sebelum masuk kami diberi penjelasan tentang pabrik oleh pemateri bernama Lasmono. Sebelum masuk peserta diwajibkan melepas alas kaki kemudian pemateri menunjukkan beragam proses kopi.
Setelah itu menjelaskan proses roasting kopi dilanjutkan dengan proses grading kopi atau menggiling kopi roasting menjadi serbuk atau bubuk kopi. Acara di pabrik ditutup dengan melihat proses akhir yaitu pengemasan bubuk kopi.
Pukul 15.00 WIB, peserta dengan berjalan kaki menuju gedung pertama kali untuk acara pembukaan untuk mengikuti acara penutupan. Sebelumnya peserta mengisi post tes untuk melihat pemahaman peserta tentang pelatihan yang telah diterima selama 4 hari. Dan mengisi kuesioner TPSA diteruskan mendengar kata penutup dari kepala puslitkoka dan juga menerima sertifikat pelatihan.
Hari Pulang
Pukul 07.00 WIB para peserta telah bersiap untuk pulang ke daerah masing-masing, diantar dengan 2 buah mini bus milik puslitkoka ke Bandara Udara Hadi Notonegoro Jember Jawa Timur mengunakan pesawat yang sama saat tiba. Pukul 10 lebih WIB, pesawat dengan 2 baling-baling mulai terbang. Dan kira-kira 39 menit penerbangan tiba di Bandara Juanda Sidoarjo kemudian terus boarding pass untuk terbang dengan maskapai yang sama menuju Bandar udara Soekarno Hatta Jakarta. Tiga jam penerbangan sekitar pukul 14.30 WIB kami tiba, tetapi tunda/delay penerbangan untuk ke Bandar Udara Kuala Namu Sumatra Utara. Sore pukul 17.00 WIB atau lima sore kami baru bisa take off/terbang ke Bandara Kuala Namu dengan penerbangan yang sama juga. Dan mendarat/landing pesawat pukul 19.35 WIB dan menginap di sebuah hotel yang dekat dengan Bandara. Berhubung ada pekerjaan saya dan rekan dari tempat saya bekerja diharuskan untuk singgah ke kantor di Medan. Dan tidak melanjutkan penerbangan ke Bandara Malikus Saleh dan Takengon.
Sekian…Berijin….
Sumber tulisan:
1. http://www.lintasgayo.com/34162/terminal-paya-ilang-mulai-beroperasi.html
2. http://aceh.tribunnews.com/2014/01/06/terminal-paya-ilang-kembali-difungsikan
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Malikus_Saleh
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Kualanamu
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Soekarno%E2%80%93Hatta
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Juanda
7. https://notohadinegoro.wordpress.com
8. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Notohadinegoro
9. https://iccri.net/profil-pusat-penelitian-kopi-dan-kakao-indonesia/
Foto-foto :





