Besoekisch Proefstation adalah nama awal dari Puslitkoka yang didirikan pada 1 Januari 1911. Pada 16-19 Januari 2018 saya berkunjung ke sana, berikut catatan perjalanannya.
Hari Pergi
Pada pukul 09.30 WIB, sesuai pengumuman grup WhatsApp, peserta dari Aceh Tengah berkumpul di Terminal Paya Ilang, Takengon. Di terminal tersebut, saya telah ditunggu beberapa orang perwakilan petani dari koperasi kopi setempat. Selanjutnya, saya bersama lima peserta lainnya berangkat menuju Bandara Malikussaleh, Aceh Utara, menggunakan minibus yang telah disediakan.
Sekilas tentang Terminal Paya Ilang
Terminal Tipe A Paya Ilang di Aceh Tengah, dibangun tahun 2011 dengan biaya lebih dari Rp11 miliar dan diresmikan pada 2013, sempat terhenti operasionalnya beberapa bulan pascagempa 2 Juli 2013. Pemerintah Daerah Aceh Tengah kembali mengoperasikan terminal tersebut untuk melayani bus antar kota dan minibus L-300 pada 4 Januari 2014. (Sumber tulisan no. 1-2, dan rujukan tulisan diringkas dengan AI www.editpad.org).
Sebelum menuju Aceh Utara, minibus yang kami tumpangi singgah sejenak di Bandara Rembele, Bener Meriah, untuk menjemput petani perwakilan koperasi kopi Kabupaten Bener Meriah. Setelah penjemputan, perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Malikus Saleh, Aceh Utara.
Sekilas tentang Bandara Malikus Saleh
Bandara Malikussaleh di Aceh Utara, Provinsi Aceh, awalnya dibangun PT Arun NGL untuk mendukung konektivitas Lhokseumawe-Medan. Saat ini, pengelolaannya di bawah Pertamina/PT Angkasa Pura II. Bernama sesuai Sultan Malikussaleh, pendiri Kerajaan Samudera Pasai, bandara ini pernah melayani penerbangan komersial beberapa maskapai, termasuk Jatayu Air dan Travira Air (menggunakan pesawat Beechcraft 1900D), terutama selama konflik Aceh yang menghambat jalur darat Banda Aceh-Medan. Setelah penutupan PT Arun, pengelolaannya kemudian dilimpahkan kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe. (Sumber tulisan No. 3 dan rujukan tulisan diringkas dengan AI www.editpad.org).
Perjalanan darat menuju Bandara Malikussaleh, termasuk waktu makan siang di Sawang, memakan waktu sekitar 2,5 jam melalui Jalan Kertas Kraft Aceh. Kami tiba di bandara menjelang tengah hari dan melanjutkan perjalanan udara menuju Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara, pukul 16.00 WIB menggunakan pesawat Alenia ATR 72 (propeler ganda) milik Garuda Indonesia. Setelah tiga jam penerbangan, kami transit di Kuala Namu untuk melanjutkan perjalanan ke Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, dengan pesawat Boeing 737-800, pukul 16.00 WIB.
Sekilas tentang Bandara Kuala Namu
Bandar Udara Internasional Kualanamu, yang berlokasi di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, berjarak 39 km dari Kota Medan, merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta. Dibangun di lahan bekas perkebunan PT Perkebunan Nusantara II sebagai pengganti Bandar Udara Internasional Polonia yang telah beroperasi selama 85 tahun, Kualanamu diproyeksikan menjadi hub penerbangan internasional untuk Sumatera dan wilayah sekitarnya. Bandara ini resmi beroperasi pada 25 Juli 2013, meskipun beberapa fasilitasnya saat itu belum sepenuhnya rampung. (Sumber tulisan No. 4 dan rujukan tulisan diringkas dengan AI www.editpad.org).
Butuh Hotel di tengah kota Medan lihat aja di Traveloka! klik disini
***
Setelah penerbangan tiga jam, kami tiba di Bandara Soekarno-Hatta dan langsung menuju hotel menggunakan kendaraan yang telah disediakan. Setelah beristirahat selama lima jam, kami check out pukul 04.00 WIB untuk kembali menuju bandara. Hanya sempat sarapan sepotong roti dan secangkir teh/kopi, kami bergegas menuju Bandara Soekarno-Hatta untuk melanjutkan perjalanan ke Bandara Juanda, Surabaya.
Setelah menunggu sekitar tiga jam, pukul 06.30 WIB kami bersama peserta lain berangkat menuju Bandara Juanda dengan penerbangan yang sama. Sekitar pukul 09.00 WIB, setelah penerbangan selama kurang lebih dua jam, kami tiba di Bandara Juanda dan melanjutkan perjalanan dengan pesawat jenis Alenia ATR 72 menuju Bandara Notohadinegoro Jember.
Peserta dari Sulawesi Utara, Makassar, Toraja, dan Enrekang tiba di Bandara Noto Hadinegoro Jember pukul 09.30 WIB bersamaan dengan rombongan kami. Pihak Puslitkoka menjemput kami menggunakan dua minibus.
Setelah itu, perjalanan berlanjut ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember. Dalam perjalanan, kami berhenti makan siang di “Rumah Makan Kembang” atas saran Bapak Rahman Dako, koordinator TPSA, yang menginformasikan bahwa makan siang belum tersedia di penginapan. Setelah makan, kami juga diimbau untuk mengambil uang tunai di ATM dan membeli keperluan pribadi di pusat kecamatan.
Pada pukul 11.00 WIB, kami tiba di Puslitkoka setelah melalui perkampungan dan kebun karet Renteng milik PTPN XII. Selanjutnya, setiap utusan menerima kunci kamar mess yang masing-masing ditempati oleh dua orang.
Sekilas Bandara Soekarno Hatta, Juanda dan Noto Hadinegoro Jember
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta (SHIA), berlokasi di Tangerang, Banten, sekitar 20 kilometer dari Jakarta, merupakan bandara utama dan terbesar di Indonesia. Mulai beroperasi pada tahun 1985, SHIA menggantikan Bandara Kemayoran (kini area publik) dan Bandara Halim Perdanakusuma (yang melayani penerbangan khusus, namun kembali beroperasi untuk penerbangan domestik komersial sejak Januari 2014). Dengan pengembangan infrastruktur berupa Terminal 2 (1991) dan Terminal 3 (2009), SHIA mengalami peningkatan signifikan jumlah penumpang, mencapai 43,7 juta pada tahun 2010 dan 62,1 juta pada Mei 2014, menempatkannya sebagai salah satu bandara tersibuk dunia. Meskipun mengalami lonjakan penumpang di atas kapasitas, keamanannya telah terverifikasi oleh Airport Council International pada tahun 2012.
***
Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur—berjarak 20 kilometer dari Surabaya—merupakan bandara internasional terbesar kedua di Indonesia yang dikelola PT Angkasa Pura I. Diresmikan dengan nama Ir. Djuanda Kartawidjaja, bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3.000 meter, terminal seluas 51.500 m², dan lahan parkir yang mampu menampung lebih dari 3.000 kendaraan. Kapasitas penumpang diperkirakan mencapai 13-16 juta orang per tahun, serta 120.000 ton kargo.
***
Bandar Udara Notohadinegoro, berlokasi di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, sekitar 7 kilometer dari pusat kota Jember, merupakan bandara umum sipil pertama di Indonesia yang dibangun pemerintah kabupaten dengan APBD. Bandara seluas 120 hektare ini, yang dikelola Dinas Perhubungan Kabupaten Jember dan memiliki landas pacu sepanjang 1.560 meter, kembali beroperasi secara komersial sejak 16 Juli 2014. Penerbangan perdana Jember-Surabaya dilayani Garuda Indonesia menggunakan pesawat ATR 72-600. Keberadaannya diharapkan memangkas waktu tempuh Jember-Surabaya menjadi sekitar 30 menit (dari sebelumnya 4-7 jam via darat), sekaligus mendorong investasi dan pengembangan pariwisata di Jember. (Sumber tulisan No. 5-7 dan rujukan tulisan diringkas dengan AI www.editpad.org).
Hari Pertama
Setelah sarapan bersama peserta lain di mes pukul 07.30 WIB, saya berjalan menuju sebuah bangunan tua yang rindang dengan berbagai tanaman, termasuk pohon tinggi menjulang seperti cemara yang menurut panitia Puslitkoka berasal dari Papua. Bangunan tersebut juga memiliki selokan yang dihuni ikan air tawar. Koordinator pelatihan, Bapak Furqon, menjelaskan bahwa Puslitkoka telah berdiri sejak masa penjajahan Belanda, sebagaimana dibuktikan oleh foto-foto pemimpin pertamanya dari Belanda.
Sekilas tentang Puslitkoka
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), yang didirikan pada 1 Januari 1911 sebagai Besoekisch Proefstation, kini secara fungsional berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian RI, dan secara struktural di bawah Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI). Lembaga nirlaba ini, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No. 786/Kpts/Org/9/1981, bertugas melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, serta menyediakan data dan informasi terkait. Sejak berdirinya, Puslitkoka berkantor di Jl. PB. Sudirman No. 90 Jember hingga tahun 1987, kemudian pindah ke lokasi baru di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember, dan terakreditasi oleh Lembaga Sertifikasi KNAPPP pada tahun 2008 (Sertifikat No. 006/Kp/KA-KNAPPP/I/2008). (Sumber tulisan No. 8 dan rujukan tulisan diringkas dengan AI www.editpad.org).
Sebelum pukul 09.00 WIB, panitia membagikan perlengkapan pelatihan dan peserta mengisi absensi serta mengikuti pre-test di ruangan. Pembukaan dan penyampaian materi teori kopi di kelas berlangsung pukul 09.00–11.00 WIB.
Pelatihan dimulai dengan sambutan Bapak Said Fauzan Baabud dari TPSA, yang menyampaikan laporan tentang proyek TPSA (proyek TPSA telah usai dan laman situsnya tidak bisa di akses). Selanjutnya, sambutan disampaikan oleh Bapak Dr. Agung Wahyu Susilo, Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Pada sesi kedua, Lya Aklimawati, SP, memaparkan teori tentang prospek pemasaran kopi organik. Usai makan siang, Fitria Yuliasmara, SP, melanjutkan dengan presentasi tentang teknik budidaya kopi. Setelah istirahat minum kopi, Niken Puspita Sari, SP, menyampaikan materi pengelolaan limbah kulit kopi.
Hari Kedua
Pada hari kedua, pukul 08.00 WIB, peserta pelatihan berjalan kaki sekitar 200 meter menuju lokasi pembibitan Puslitkoka dari penginapan. Perjalanan yang diselingi sesi foto bersama ini melewati pepohonan mahoni yang rindang. Udara di Puslitkoka terasa sangat segar di pagi hari.
Para peserta pelatihan tiba di lokasi pembibitan pukul 08.30 WIB. Mereka mengamati bibit kopi yang telah tumbuh di polibag, sebagian terlindung sungkup plastik. Selanjutnya, dengan bimbingan Bapak Herwanto dari Puslitkoka dan Gito Nugroho Budikusuma, S.Tr., peserta mengikuti praktik budidaya kopi sesuai GAP (Good Agriculture Practice), meliputi perbanyakan, pemupukan, dan pengelolaan lahan, termasuk teknik penyetekan, sambung pucuk, dan sambung-stek kopi robusta dan arabika.
Usai praktik dan istirahat di lokasi pembibitan pukul 10.00 WIB, peserta menuju kebun percobaan kopi robusta dengan kendaraan wisata berbentuk balai/saung. Di sana, mereka langsung mempraktikkan pemangkasan tanaman kopi dengan teknik mercy.
Perbanyakan Kopi Secara Stek, Stek Sambung Pucuk dan Sambung Stek
Perbanyakan kopi secara stek dilakukan dengan menggunakan cabang utama yang produktif sepanjang tiga ruas dari pucuk cabang. Daun pada ketiak ruas dipangkas sepertiga bagiannya, kemudian cabang tersebut disayat miring dan dicelup dalam larutan perangsang akar (misalnya Rootone F). Stek ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 3 cm x 5 cm, ditutup selama tiga bulan, dengan membuka penutup selama satu jam setiap hari. Penyiraman dilakukan seminggu sekali, menggunakan media tanam berupa campuran pasir, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1.
Perbanyakan kopi dengan teknik sambung pucuk dilakukan dengan menyambung batang bawah kopi robusta varietas BP 308 yang tahan nematoda (cacing tanah mikroskopis) dengan batang pucuk atas kopi arabika. Sambungan tersebut diikat menggunakan tali rafia dan ditutup plastik. Batang bawah berumur empat bulan dan batang pucuk atas tiga bulan. Teknik penanaman dan pemeliharaan selanjutnya sama dengan stek kopi. Luas bedeng persemaian berukuran 7 x 10 meter.
Perbanyakan tanaman kopi dengan cara sambung stek dilakukan dengan menyambungkan batang bawah yang tahan penyakit pada batang atas yang produktif, selanjutnya dirawat dengan teknik penyetekan dan perawatan sambungan pucuk.
Pemangkasan Mercy
Pemangkasan bentuk mercy yaitu; pemangkasan cabang kopi berbentuk seperti lambang mobil mercy. Pertama memangkas cabang–cabang yang diarah ke arah timur dahulu kemudian setelah setahun dipangkas atau dibentuk ke arah barat.
Pemateri memaparkan secara ringkas mengenai teknik pemangkasan naungan, pemupukan, dan aspek lainnya.
Selanjutnya, ditunjukkan demonstrasi penggunaan laborta, mesin pembuat lubang tanam yang prinsip kerjanya mirip bor tanah. Laborta menggunakan mata bor berulir yang digerakkan oleh mesin di bagian atas, dioperasikan dengan cara menekan bor ke tanah dan membutuhkan dua orang operator. Informasi lebih lanjut tentang Laborta Puslitkoka dapat diakses melalui tautan video ini [videonya Klik di sini].
Para peserta, usai praktik budidaya dan demonstrasi mesin laborta di kebun percobaan kopi robusta Puslitkoka, diantar menuju pusat praktik pembuatan kompos menggunakan kendaraan dinas wisata. Di sana, kami dibagi menjadi tiga kelompok untuk mengikuti pelatihan pembuatan kompos dari kulit kopi, yang dipandu oleh Niken Puspita Sari, SP, dibantu Ari Wahono dan Wagiyanto.
Tata cara buat pupuk kompos dari kulit tanduk kopi
Pengomposan dilakukan dengan cara aerobik (membutuhkan udara/oksigen), terdiri dari tiga lapisan bahan yaitu; kulit tanduk kopi, kotoran kambing yang sudah matang, dekomposer alami, diberi dekomposer tiap lapisan, disiram air per lapisan secukupnya, dosis dekomposer 250 gram disebar merata, ditancapkan bambu yang sudah dilubangi tiap ruas ukuran 2 meter di tengah kompos, kemudian setelah kompos tercampur ditutup dengan plastik bening, kompos dibuka tutup seminggu sekali, sambil diaduk dan dibalik seminggu sekali.
Selanjutnya, peserta diajak menuju area demonstrasi pembuatan lubang biopori dan praktik pembuatannya.
Usai demonstrasi dan praktik, peserta beristirahat di mes untuk melaksanakan ibadah. Setelah istirahat, peserta kembali ke ruang pelatihan untuk mengikuti paparan singkat mengenai pengenalan varietas kopi, hama, dan penyakit tanaman kopi yang disampaikan oleh Ucu Sumirat, SP., M.Sc., dan Dwi Suci Rahayu, SP., MP.
Pada pukul tiga siang, peserta pelatihan praktik di laboratorium mengenai identifikasi hama dan penyakit tanaman serta penanggulangannya, dibimbing oleh Supandi, SP, dan Rais Widiyanto. Praktik tersebut mencakup, antara lain, pencegahan penyakit akar jamur cokelat.
Hari Ketiga
Pada pukul 07.00 WIB, peserta kegiatan berangkat menuju Wonosobo menggunakan bus yang disediakan Puslitkoka untuk mengikuti tur kebun kopi di kawasan, lereng Gunung Ijen Raung. Perjalanan dari Jember ke Wonosobo memakan waktu sekitar tiga jam lebih, menuju kebun kopi yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Rute perjalanan meliputi jalan provinsi yang berkelok-kelok, serta pemandangan sawah dan perkebunan tebu yang terawat.
Sekitar pukul 09.30 WIB, peserta tiba di lokasi dan setelah mendaki singkat, mencapai kebun wanatani (agroforestry) milik Pak Mat Hosen (tentang wanatani Klik di sini). Di kebun tersebut, kopi ditanam di bawah naungan pohon hutan, dengan beragam varietas. Para peserta kemudian mengikuti pemaparan dari Edi Santoso (Puslitkoka) mengenai penerapan teori agroforestry oleh Pak Mat Hosen dan rekan-rekannya, yang mengelola lahan milik Perhutani dengan izin khusus untuk penanaman kopi.
Pada pukul 11.30 WIB, peserta kembali ke Desa Sukorejo, Kecamatan Sumber Wringin, Bondowoso, menuju kelompok tani Bapak Mat Hosen untuk istirahat dan makan siang (ISHOMA). Kelompok tani tersebut memiliki fasilitas berupa gedung promosi produk, alat pengolah hasil pertanian, dan lain-lain. Setelah ISHOMA, dilanjutkan diskusi mengenai sejarah dan praktik budidaya kopi berkelanjutan kelompok tani. Peserta kembali ke Jember pukul 14.00 WIB. (Selengkapnya mengenai Bapak Mat Hosen dan kelompoknya, klik di sini)
Hari Keempat (terakhir)
Setelah sarapan pagi pukul 08.00 WIB, kami peserta pelatihan tiba di ruang kelas dan mendengarkan presentasi Ir. Yusianto tentang mutu kopi.
Pada pukul 10.00 WIB, peserta diajak berjalan kaki menuju gedung Puslitkoka. Perjalanan melewati bengkel pembuatan mesin kopi dan kakao. Di gedung tersebut, Edy Suharyanto, S.TP., MP., dan Kaswanto memaparkan materi proses pascapanen kopi, termasuk penjelasan visual melalui bagan alur proses. Para pemateri kemudian memperlihatkan kepada peserta berbagai peralatan pascapanen kopi, antara lain mesin pulper dan alat pengering gabah kopi berbahan bakar kayu dan tenaga surya. Pengeringan gabah kopi dilakukan dalam bak berukuran sekitar 20 x 2 meter, serta pada alat pengering berukuran lebih kecil.
Gedung tersebut juga menampilkan demonstrasi alat huller gabah kopi dengan kapasitas 1 ton per jam untuk penggilingan gabah menjadi biji kopi. Selain itu, terdapat pula unit huller mini berkapasitas 10 kilogram per jam.
Setelah itu, staf pengolahan kopi gabah memperagakan penggilingan gabah kopi menggunakan mesin huller. Selanjutnya, peserta menyaksikan demonstrasi dan penjelasan mengenai mesin sortasi yang terdiri atas tiga ayakan berukuran berbeda.
Setelah sesi praktik, peserta diajak mengamati reaktor biogas berbentuk sumur besar berpenutup kerucut, menyerupai limas. Namun, karena hujan, kunjungan tersebut dipersingkat dan peserta kembali ke mes.
Setelah salat Jumat dan makan siang sekitar pukul 13.30 WIB, peserta dijemput menggunakan minibus Puslitkoka dan diantar ke lokasi di sebelah gedung pengolahan kopi, meski cuaca masih hujan. Di “Pabrik Pengolahan Kopi”, Bapak Lasmono memberikan penjelasan mengenai proses pengolahan kopi. Para peserta, wajib melepas alas kaki, sebelum melakukan kunjungan ke fasilitas tersebut.
Selanjutnya, proses penyangraian kopi dijelaskan, diikuti oleh proses penggilingan biji kopi sangrai menjadi bubuk. Rangkaian kegiatan di pabrik diakhiri dengan pengamatan proses pengemasan bubuk kopi.
Pada pukul 15.00 WIB, peserta berjalan kaki menuju gedung utama untuk acara penutupan, setelah sebelumnya menyelesaikan post-test guna mengukur pemahaman mereka terhadap pelatihan empat hari, mengisi kuesioner TPSA, mendengarkan sambutan penutup Kepala Puslitkoka, dan menerima sertifikat pelatihan.
Hari Pulang
Para peserta pelatihan meninggalkan Jember pukul 07.00 WIB menuju Bandara Udara Hadi Notonegoro dengan dua minibus milik Puslitkoka. Mereka melanjutkan perjalanan dengan pesawat yang sama saat kedatangan, lepas landas sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah penerbangan selama kurang lebih 39 menit menuju Bandara Juanda Sidoarjo, para peserta kembali terbang dengan maskapai yang sama menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Penerbangan kami ke Bandar Udara Kuala Namu, Sumatra Utara, yang dijadwalkan pukul 14.30 WIB mengalami penundaan hingga pukul 17.00 WIB. Setelah mendarat pukul 19.35 WIB, kami menginap di hotel dekat bandara karena adanya keperluan dinas yang mengharuskan kami singgah di kantor Medan, sehingga membatalkan penerbangan lanjutan ke Bandara Malikus Saleh, dan Takengon.
Sekian…Berijin….
Sumber tulisan:
1. http://www.lintasgayo.com/34162/terminal-paya-ilang-mulai-beroperasi.html
2. http://aceh.tribunnews.com/2014/01/06/terminal-paya-ilang-kembali-difungsikan
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Malikus_Saleh
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Kualanamu
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Soekarno_Hatta
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Juanda
7. https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Notohadinegoro
8. https://iccri.net/profil-pusat-penelitian-kopi-dan-kakao-indonesia/
Foto-foto :